Minggu, 21 Desember 2014

Kembali ke Pertamina (Part 2)

Pertama kali melihat SPBU Shell hal yang pertama terkesan adalah bersih, indah, putih, dan kuning. Pegawainya juga lebih sedikit dibanding pegawai SPBU Pertamina. Saat itu tersedia tiga jenis bahan bakar yang ditawarkan, yakni Super, Super Extra, dan Diesel. Saat itu harganya tidak jauh berbeda dengan Pertamax, hanya 100-500 rupiah lebih mahal. Karena penasaran, saya mencoba mengisi di SPBU Shell. Pada kesempatan kali itu, saya mengisi di SPBU Shell Ahmad Yani. Kira-kira ada 5 SPBU Shell yang ada di kota Surabaya, dan 1 di Waru, Sidoarjo.

Saat pertama kali masuk kesannya SPBU mengkonstruksi paving yang sangat rapi, tidak bergelombang. Rumputnya juga sangat rapi, lingkungannya amat bersih, bahkan sampah daun nyaris tidak terlihat karena selalu dibersihkan. Pegawainya sudah siap di tempat dan mengarahkan pelanggan akan mengisi di pompa nomor berapa. Pompa-pomba di SPBU Shell juga terlihat lebih terawat dibanding Pertamina. Rata-rata SPBU Shell di Surabaya hanya menyediakan 4  buah pompa yang tidak membeda-bedakan jenis bahan bakar. Maksudnya, setiap pompa sudah disediakan tiga jenis bahan bakar tadi. Jika di Pertamina maka akan dibedakan, Premium dengan Pertamax, Pertamax dengan Pertamax Plus, Solar dengan Dex dan seterusnya, jadi agak rasis (peace). Begitu saya sudah diarahkan dan saya berhenti, kesan pertama adalah "ini SPBU keren sekali, bagus banget tata letaknya, berasa kayak sudah di Belanda saat musim panas", ya itulah yang terlintas dibenak saya. Begitu saya mematikan mesin motor Jupiter Z saya, pegawai langsung menyapa saya dengan sangat ramah dengan tangan seperti "memohon" (entah gimana menjelaskannya) dan memberi saya senyuman, mereka menyapa saya yang kurang lebih seperti ini, "selamat pagi, dengan saya (nama pegawai). Super Extra penuh?". Gile ini ramah sekali, memang gak bisa diragukan perusahaan asing yang satu ini. Oh iya, saat itu belum ada nama V-Power, karena belum diganti, masih Super Extra. 

Karena saya sudah terhipnotis sama keramahan pegawainya, saya nekat isi Super Extra full tank. "Di mulai dari nol ya mas", oke kalo yang satu ini memang sudah mainstream, di Pertamina juga seperti itu. Saat pengisian saya ditawarkan pegawainya untuk mampir ke minimarket yang ada di SPBU, memang tidak omong kosong, mini marketnya benar-benar mini. Nah ini dia yang membuat saya kaget, karena ketika tanki bahan bakar sudah hampir penuh, pegawai menekan tombol yang ada gambarnya uang. Ternyata tombol ini untuk menggenapkan nominal pembelian, jadi jika saya mengisi penuh kenanya 40.000, maka yang tertera di pompa adalah 40.000, tidak seperti di Pertamina yang 39.982 sudah distop. "Sudah cukup mas?" pegawainya bertanya kepada saya, saya menjawab "sudah cukup mas". Seperti yang sudah sewajarnya, pasti ada saja bensin yang tumpah saat pengisian, mereka dengan cepat mengambil kain lap dari storage yang ada di dekat pompa dan dengan sigap mengelap motor saya yang terkena tumpahan bensin, hal yang tidak pernah saya dapatkan di Pertamina. Ketika saya membayar dengan pecahan 50.000, uang saya dibawa ke sebuah loket yang ada di dekat pompa, entah itu didata atau bagaimana. Kembalian saya pun tiba dengan saya diberikan struk bukti pembelian yang keluar dari pompa. Di balik struk ada tulisan "Bahan Bakar Berkualitas". Sebelum pergi pegawai SPBU menyapa saya kembali dengan berkata "Terima kasih, selamat jalan". Oke hari pertama saya sangat puas dengan keluar dari SPBU sambil nyengar-nyengir, untungnya saya pakai masker.

Saat pengisian kedua saya mencoba kembali ke SPBU Shell Ahmad Yani. Kali ini saya mengisi Super saja karena waktu itu sudah tanggal tua, dompet kempes. Pelayanan yang diberikan juga sama, hanya saja kali ini saya tidak mendapatkan jasa pengelapan tanki, karena tidak ada bensin yang tumpah. Saat pengisian saya melihat sebuah mobil Toyota Kijang Innova mengisi Diesel. Saya melihat ada pegawai yang mengelap kaca mobil saat bensin sedang diisi. Bukan hanya kaca depan, tapi sampai kaca belakang, dan konon katanya itu tidak perlu membayar alias gratis, weleh-weleh. Oke hari kedua saya puas kembali, tapi kali ini tidak nyengar-nyengir.

Sekian lama saya menggunakan Shell, Shell telah berhasil memuaskan hati saya, kualitasnya juga bagus, motor kesayangan saya juga jadi lebih responsif jika saya rasakan, lebih enak dipakai ngebut daripada pelan. Saya menggunakan Shell hingga Super Extra berganti nama menjadi V-Power yang dikatakan adalah bahan bakar Ferrari F1. Hingga berjalan 5 bulan. Saya mendapatkan stiker "V-Power Rider" yang penampakannya seperti ini.

Maaf kotor, habis hujan.

Saya juga sempat mendapatkan sebuah mainan lego dari promo Shell dengan menukarkan struk hingga jumlah total pembelian 30 liter. Waktu itu saya antusias mengikuti promo ini, saya berhasil mengumpulkan banyak struk. Tetapi sedikit kecewa karena harus membayar lagi sebesar 40.000 rupiah. Ya karena penasaran saya bayar saja. Saya mendapatkan mainan lego Ferrari California kuning, dan sayangnya itu sudah hilang entah kemana, sedih, sedih sekali.

Ini lah hari yang mengejutkan tiba. Saya beberapa hari itu mendapatkan banyak sekali stiker dari Shell sampai saya bingung itu semua stiker mau saya tempel dimana lagi. Firasat tidak enak bermunculan, saya juga diberikan mainan lego kembali secara cuma-cuma. Ya senang sih, tapi agak janggal kenapa Shell tiba-tiba jadi sangat baik. Beginilah tampang mainan legonya.


Firasat tidak enak setelah saya mengetahui ternyata Shell di Waru tutup dan bertuliskan "Pelayanan dialihkan ke A. Yani", dilanjutkan dengan tutupnya SPBU Shell di Prapen. Semakin lama SPBU Shell semakin hilang dari peradaban. Shell di Adityawarman juga tutup hingga satu-satunya SPBU yang tersisanya hanya di Ahmad Yani. Mau tidak mau saya bisa mengisi bensin disana. Seminggu kemudian betapa terkejutnya saya ternyata SPBU Shell Ahmad Yani juga tutup, dan yang lebih mengejutkannya lagi ada bertuliskan "SPBU ini sudah tidak beroprasi lagi. Terima kasih sudah menjadi pelangan setia Shell", kata-kata ini bermakna kalo Shell akan pergi untuk selamanya. Benar saja, saya mencari info di internet ternyata benar kalau Shell di Surabaya "angkat kaki" karena pendapatannya tidak sesuai harapan. Sedih, sedih sekali

Hal ini yang membuat saya sangat kecewa, entah mau kecewa ke siapa. Terpaksa saya kembali ke Pertamina. Kembalinya saya ke Pertamina seolah tidak mendapat sambutan baik. Banyak sekali kendala yang saya alami. Saya pernah mengisi penuh Pertamax sebesar 37.010, saya memberi pecahan uang sebesar 100.000, dan saya mendapat kembalian 37.000, sangat aneh. Saya tidak sadar karena sudah terbiasa di Shell yang kembaliannya selalu pas. Kendala lagi saat saya ingin mengisi Pertamax di SPBU Pertamina Waru, ternyata untuk pembelian Pertamax maka akan dicampur dengan pembelian Premium, jadi ikut antre, tidak ada kesan eksklusif sama sekali. Dan bodohnya, setelah antre 10 menit pegawai Pertaminya bilang "Pertamaxnya kosong" sambil wajahnya yang tanpa dosa. Gile, ini saya mau ngantem pegawainya tapi kasihan. Saya coba mengisi ke SPBU Ahmad Yani. Antre selama 5 menit eh di pompanya ada tulisan "Pertamax Habis". Sumpah, saya ingin menghantam pompanya. dengan amat terpaksa saya mengisi Premium. Maafkan saya, motor. Saya mengisi Premium sangat sedikit, hanya 5000 (per liter 8500). Setelah mengisi, saya berkelilih penjuru kota Surabaya, hampir semua SPBU dalam keadaan kosong Pertamax. Akhirnya saya temukan SPBU di dekat daerah Nginden dengan tulisan "Pertamax Ada", Alhamdulillah. Seperti biasa, saya antre bersama para pembeli Premium. Saya balas dendam langsung isi penuh. Begitu saya melihat pompanya ternyata hampir sama dengan SPBU Shell, ada tombol "uang" untuk menggenapkan, dan ternyata tidak dipakai oleh pegawainya. Mungkin pegawainya juga gak paham fungsi tombol itu, saya dapatkan pengisian bensin sebesar 34,9blabla rupiah, tetap saja tidak genap 35.000 rupiah.

Sungguh sangat disayangkan hilangnya Shell dari Surabaya, dan amat disayangkan pula pelayanan Pertamina yang menurut saya tidak memuaskan pelanggan. Mungkin anda memiliki pengalaman yang berbeda dari saya, tapi inilah yang saya alami, kekecewaan.

1 komentar:

Tour Museum Tugu Pahlawan Surabaya | Arti Sebuah Sejarah

" Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya " Begitulah kalimat yang sering kita dengar pada setiap ...