http://www.layoutsparks.com/
Tibalah saatnya saya menjadi remaja tulen. Yup, sudah SMA. Dimana ketertarikan saya pada lawan jenis menjadi lebih bringas, tapi tenang aja, saya dalam kendali. Nah, disinilah saya menemukannya, "mantan" kekasih saya yang terakhir ini, sebut saja Sally. Kebetulan kami satu kelas saat kelas 10. Memakai jilbab putih bersih, kulitnya putih, agak merah sih, wajahnya manis, hidungnya pesek (peace), matanya yang masih bersih, dan kalemnya dia... aduh kayak putri Solo. Karena masih baru saya sih belum tertarik, kenal aja belum. Tapi saat itu saya tertarik langsung sama teman belakangnya, sama-sama memakai jilbab, tapi yang satu ini semakin manis wajahnya, karena tubuhnya juga tak terlalu besar (peace lagi), tetapi hanya sebatas kagum sih, gak lebih, gak lama juga waktu kagumnya. Sudah ah, kok ngomongin nafsu melulu.
Tujuh bulan kemudian, saya menemukan orang lain. Kami secara tidak sengaja dipertemukan oleh mak comblang alias teman saya sendiri di Rumah Sakit, kebetulan saat itu adalah kunjungan untuk menjenguknya. Yang singkat cerita aja (serius, saya lupa besar dulu bikin kisah apaan), kami menjalani hubungan rahasia, ceilah... hanya bertahan tujuh bulan saja, setelah itu sirnah.
Nah ini lah saatnya buat curhat panjang. Pada saat saya menjalani selama enam bulan bersama orang di atas (tidak perlu sebut merek) merupakan saat yang dimana puncak bentrokkan antara kemauan, egois, dan lainnya. Sering bertengkar, cek-cok, saling cemburu dan seterusnya. Akhirnya saya banyak curhat sama Sally, yang entah dengan sepanjang saya curhat itu, saya tidak tahu kalau ternyata Sally menyimpan perasaan terhadap saya, dia memberi kode saya berkali-kali tetapi saya tetap tidak connect. Jangan heran! Memang itulah sifat laki-laki. Selamaitu juga saya mulai ada ketertarikan dengan Sally. Singkat cerita setelah bulan ketujuh bersama "anak rumah sakit" telah selesai, saya menjalani kisah tak jelas bersama Sally, kok gak jelas terus ya. Sally saya jadikan adik yang saya "sayangi", mengerti lah teman kalo adik-kakakan gimana. Hingga akhirnya lima bulan kemudian saya mendapatkan kisah yang jelas. Kami dalam in relationship. Sampai bulan ke tiga kami menjalani banyak hal bersama, saya beri semua dengan apa yang dia belum dapatkan, meskipunsaya hanya berbekal sepeda motor, tetapi Sally tetap merasa nyaman. Wah, ini wanita langka!
Tetapi setelah bulan ke empat hingga bulan ke sepuluh (sekarang), ceritanya sudah tak indah lagi. Kami selalu bertengkar karena hal yang sepele. Kami mulai menemukan banyak sekali perbedaan. Padahal menurut saya, itulah yang membuat hal menjadi indah, tapi mungkin Sally merasa tidak begitu. Kami sering putus-nyambung. Mengapa? Kami masih saling sayang kok putus, gak enak buat move on. Hingga akhirnya sekarang pesan membunuh itu sampai ke handphone saya. Tetapi berbeda, Sally ingin tetap berteman dan bisa saling sharing. Sejujurnya saya berat sekali melepaskannya, tapi inilah permintaan terakhirnya. Saya kabulkan dengan hati lapang. Dan ini lah siksaan terberat saya yang terakhir darinya, move on!. Saya sebagai laki-laki susah untuk menangis karena asmara, tapi hati saya terlalu lembut untuk menyembunyikan, merasakan pilu.
Mungkin inilah teguran dari Tuhan. Saya merupakan anak yang selalu dibanggakan oleh orang tua saya (selain kakak dan adik saya). Mama saya selalu berkata "Sukseslah dahulu, baru kenalkan mama dengan calon menantu mama". Saya anggap ini adalah teguran untuk saya agar tidak fokus aneh-aneh dulu, tetapi fokus pada mengejar sukses. Entah saya juga agak nakal, saya tidak berjanji jika ada album baru yang saya buat kembali dengan wanita yang saya cintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar