Sebelumnya, saya akan awali dulu dengan meminta maaf atas post saya sebelumnya, mungkin ada kesalahan kata atau kurang berkenan. Dan hari ini, saya sudah lepas dari itu, saya sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi yang membuat saya tak patut, tak pantas, dan haram hukumnya jika masih bersedih hati. Oke, hanya itu saja basa-basinya sekarang kembali ke topik sesuai dengan judul di atas
Seperti yang sudah anda ketahui semua, saya adalah warga/pelajar dari Kota Pahlawan, Surabaya. Selain sebutannya sebagai kota pahlawan, Surabaya juga merupakan kota metropolitan kedua di Indonesia setelah Ibu Kota Jakarta. Ciri-cirinya? Kalo mendengar kata "metropolitan" pasti yang terlintas pertama kali adalah suatu wilayah yang memiliki banyak gedung, panas, polusinya banyak, padat penduduk, rakyatnya tajir-tajir, dan tentunya macet. Ya saya tidak tau pasti pengertian metropolitan sebenarnya, itu hanya pendapat sekilas. Dengan begitu pasti banyak investor baik lokal maupun asing yang tertarik menanamkan 'emas'nya di kota metropolitan. Salah satunya adalah perusahaan energi dari Belanda, Shell. Saya tidak tahu dan tidak ingat kapan awalnya Shell membangun SPBU di Surabaya, karena pada saat saya baru pindah di Surabaya pada tahun 2011 sudah ada. yang penting kota Surabaya tercinta kemasukan saham Shell (pasang wajah bangga)
Pada pertama kali saya dibelikan sepeda motor oleh Ayahanda tercinta, Jupiter Z 115cc, saya sudah berniat untuk mengisi bahan bakar dengan Ron 92 karena melihat spesifikasi kompresi mesin Jupiter Z adalah 1:9,3 yang katanya banyak orang sudah wajib Pertamax (Permium minimal 1:9), itu katanya sih. Tapi begitu melihat harganya Pertamax sedikit menyekik batin, saat itu kalau tidak salah harganya 8000-an, sedangkan harga Soto semangkuk plus kerupuk gurih kriuk-kriuk di sekolah hanya 5000 rupiah, mikir-mikir kalau mau beli. Akhirnya saya mengisi Premium untuk sementara waktu, sekitar 1 tahun saya menggunakan Premium. Selama pakai Premium saya mengalami banyak kendala di Jupiter Z saya. Mesin motor sering mati kalo dipakai perjalanan lebih dari 1 jam macet, katanya kakak saya sih itu wajar, tapi bagi saya tidak wajar karena mesin mati otomatis itu pasti fatal (alay). Oli saya juga tidak awet, katanya sih maksimal 3000 km, saya coba di 2000 km sudah hitam, widih. Saya mencari informasi katanya filternya sudah minta diganti. Lha kalo ini saya ragu karena pak tukang servicenya tidak pernah klaim ganti filter, tidak mungkin. Akhirnya dapat juga informasi yang berkata itu semua masalah jenis bahan makar yang tidak cocok dengan mesin. Mungkin saatnya bagi saya untuk hijrah dari Premium.
Pertama kali mencoba Pertamax di SPBU Ahmad Yani, Surabaya. Saat itu saya sengaja ngisi pagi-pagi takut antre. Eh, begitu datang ke sana sudah ramai. Tapi... saya kan isi Pertamax jadi saya antrenya di belakang mobil. Saat baru antre, ada petugas yang mengarahkan untuk pindah ke pompa seberang. Tidak berani mengisi banyak-banyak, saya hanya mengisi 25.000 rupiah, sedangkan harga per liternya saat itu 9000-an. Lumayan dapatnya hampir menyentuh garis Full. Dengan 25.000 Pertamax bisa bertahan hingga 4 hari masa penggunaan, lebih irit jika dihitung-hitung. Mesin jadi lebih halus, tidak gampang mati, dan oli juga bener-bener awet. Karena puas saya coba isi penuh. Fantastik! Dengan mengisi penuh (full tank) bisa bertahan hingga 7 hari! Saat itu jarak rumah ke sekolah sekitar 16 km, pulang-pergi selama 6 hari/minggu. Jadi, saya mengisi pada hari Senin dan kembali mengisi pada hari Selasa. Percaya atau tidak percaya itu kembali kepada anda. Tapi, meskipun saya minta isi penuh, yang sebenarnya tidak penuh. Saya membayar 30.000 yang saya dapatkan hanya 29.982. Anda pasti paham maksud saya.
Karena puas dengan BBM non subsidi dan saya hitung-hitung uang saku yang diberikan oleh ayah saya cukup, saya lanjutkan saja. Eh pas perjalanan yang selama ini saya lewati, saya baru sadar kalau ada SPBU Shell yang bentuknya berbeda sekali dari SPBU Pertamina. Mulai ada ketertarikan.... Lanjut baca
Tidak ada komentar:
Posting Komentar