Angka tiga yang selalu berada dibenak hati manusia jika tidak angka sial ya angka keberuntungan. Banyak yang mempercayakan hal ini. Bagi saya ini adalah angka tiga yang benar-benar membuat dunia ini terhenti. Hari ini adalah hari ketiga dimana saya menyendiri, setelah ditinggalkan Sally. Tidak tau siapa Sally? Klik disini. Hari ini menjadi hari yang spesial karena saya anggap ini adalah hari yang benar-benar saya genapkan. Jika anda sebagai pembaca tercinta saya mengganggap bahwa saya ini berlebihan, silakan. Memang ini lah yang terjadi pada saya.
Hari ini saya benar-benar dapat mengenang apa saja jalan perjalanan yang saya lalui bersama Sally. Semua panca indra saya seperti telah mati. Pandangan saya menjadi rabun. Kulit saya mudah sekali mengalami sakit. Tubuh saya menjadi sangat dingin. Semua anggota tubuh saya bergetar. Hasrat menjadi tak terarah. Benda-benda kenangan ini seolah memiliki nyawa. Setiap saya peluk, ada yang selalu membuat jeratan menjadi sangat erat, jantung berdetak sangat cepat sesuai irama angin, suasana perasaan menjadi pilu seketika. Benda-benda ini menjerat tubuh seperti pelukan seorang Ibu, sangat lebut. Begitu saya letakkan di kepala saya, memori saya dapat terputar, pandangan saya dikacaukan seolah-olah Sally masih ada di depan mata saya, radiusnya mungkin setengah meter. Senyumannya membuat kaki terpaku, hati sejuk, tangan saya tertarik oleh cahaya tangannya, ternyata hanyalah sebuah angan.
Benar-benar tidak menyangka bahwa ini akan terjadi. Teringat saat dulu melakukan panggilan telepon, kami membicarakan banyak hal yang aneh, unik, dan indah. Kami membicarakan rumah kami kelak, jumlah anak kami, baju warna apa saja yang mereka kenakan, Sally bahkan meminta anak kembar, picnik cantik, liburan ke London. Saat-saat indah dimana kami melakukan suka dan duka bersama. Kami selalu tertawa bersama. Sally selalu yang banyak bicara karena ia memiliki banyak pengalaman untuk dibagikan kepada saya. Lalu bagaimana saya? Saya hanyalah pria yang hidup di kota besar tanpa ada orang tua, saya hanya dipantau dari jauh, saya tidak bisa kemana-mana. Setap keluar saya selalu diperintah untuk segera pulang. Waktu saya habiskan di dalam kamar berukuran 250cm x 250cm. Ini lah mengapa saya hanya terdiam untuk Sally, maafkan saya.
Oh, benarkah hal ini terjadi? Sampai saat ini saya tidak percaya. Memang, setiap orang memiliki kebahagiaan, sebelum itu saya memiliki segudang kebahagiaan. Saya adalah orang yang memiliki sifat pendiam, menurun dari ibu saya dan ayah saya. Saya cukup dengan dihadapkan sebuah layar monitor adalah suatu hal tiada tanding. Setelah memasuki kedawasaan, seolah layar merupakan hal yang biasa, saat ini lah Sally datang. Biar bagaimanapun juga, Sally adalah hal yang paling membahagiakan dalam hidup saya. Sempat terlintas dipikiran saya bahwa Sally adalah ciptaan Tuhan yang dibuat untuk melengkapi hidup saya. Sally adalah orang yang selalu mendukung saya. Dia menginginkan saya agar bisa juara kelas. Sally selalu tersenyum untuk saya. Marah Sally bukanlah bencana bagi saya, saya memang sedih dan tersiksa di dalam amarahnya, tetapi tidak menghilangkan kenyamanan itu, inilah yang namanya kebahagiaan, tetap nyaman apapun kondisinya.
Ya Tuhan, jika memang berakhir menyakitkan, mengapa Tuhan mempertemukan kami? Terjawab oleh teman saya "Karena Tuhan ingin memperkuat jiwamu, kau terjatuh dalam lubang, maka kau harus memanjatnya kembali dan menjadi lebih kuat". Hmm, cukup mewakili. Ibu, apakah ibu mengerti keadaan anak kebanggaan ibu? Ibu, saya butuh sosok perempuan dalam menemani saya disini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar