Kamis, 11 Agustus 2016

Write My Life (Part 4)

SMA Trimurti, dari namanya saya kira sekolah tentara. Tidak, ini sekolah formal. Ibarat SMA Negeri dengan status swasta. Disini menurut saya tenaga pengajarnya tidak kalah hebat dengan SMA Negeri, bahkan ada yang sudah jadi langganan menulis soal EBTA untuk UNAS dan pemilik lembaga pendidikan. Awalnya aku meragukan sekolah disini, karena pikiranku masih memikirkan "mengapa aku gagak UN dan gak bisa masuk SMAN?", tapi ya sudah, saya ikhlaskan. Btw, bagian ini sangat panjang, karena saya masih hafal perjalanan hidup saya disini secara rinci.


Nugas Fisika!
Di SMA ini, saya mendapat mata kuliah baru yang jarang sekali saya temui, Karawitan. Ada yang belum tau? Karawitan mata pelajarang yang mempelajari bagaimana cara memainkan gamelan. Asik banget, Karawitan ini jadi salah satu mata pelajaran favorit saya selain matematika dan TIK. Saya bertekat jika masuk sini maka saya harus menjadi yang unggul kembali, tidak seperti SMP.

Bagian yang paling saya suka dari SMA ini adalah hymne nya, bagus karena liriknya, menurut saya tingkat sastranya sangat tinggi, sehingga tidak bisa dimengerti tanpa melalui kajian khusus, lebay ya. Namun yang saya sukai lagi adalah... tingkat kekerabatannya. Disini anaknya semua berbaur dengan baik meski dari manapun asalnya, kaya kah, bonek kah, sholeh kah, semuanya membaur dan disini saya merasa punya banyak teman.

Oke cukup sekian sekilas SMA saya, mari terjun ke kisah awal...

Saya saat itu diharuskan mengikuti MOS SMA sselama 3 hari + 1 hari (praMOS). Kakak kakak OSISnya baik baik sih, dan cantik cantik, hehehe, apalagi saya masih ingat namanya mbak Regina. Namun seperti biasa MOS, pernah kena semprot juga. Kami saling mengenal satu sama lain. Hebatnya, kami boleh bawa motor baik sudah punya atau belum punya SIM *evillaugh*. Kebiasaan saya adalah ketika diberi makan siang, lauknya tidak pernah saya habiskan, selalu saya sisakan dan saya bawa pulang, termasuk saat itu ayam KFC, enak sekali.

Sistem di SMA Trimurti di zaman saya adalah yang kelas 10 masuk siang dan pulang sebelum maghrib, atau sekitar jam 5:15, tepat matahari agak terbenam sedikit. Mengapa? Karena sekolah tidak memiliki ruang cukup, sehingga yang kelas 10 masuk siang sekitar jam 12:45 sampai jam 17:15. Saat itu hari pertama masuk sekolah, hari kamis. Saya belajar akuntansi dan cukup membosankan. Seperti biasa, dalam 1 minggu itu, guru guru yang mengajar meminta kami maju ke depan kelas satu per satu untuk memperkenalkan diri. Ketika giliran saya maju, saya tidak fokus, karena saya ibarat memilih jodoh, "mana yang cantik ya?". Namun tidak seperti sebelumnya, biasanya saya hanya bisa merasakan mengagumi cemewew yang saya anggap wow, tapi sekarang entah kenapa banyak yang (sorry to say) suka sama saya, entah sekedar kagum atau memang beneran kagum, atau lebih (upsss). Oke lah skip untuk masalah ini, karena saya sudah pernah cerita sebelumnya. Karena sekolah saya tidak sampai 6 jam, maka setiap sabtu saya masih harus masuk sekolah untuk menggantikan jam sekolah yang hilang. Tapi saya menikmatinya.

Semakin hari, teman teman semakin tau kalau saya adalah anak IT, bahkan saya sampai dijadikan Boss di ekstrakurikuler IT oleh guru saya. Sejak saat itu saya semakin dikenal, karena setiap bertemu dengan anak ekstra IT lain, saya disahut dengan sebutan "He boss,...". Namun saya berusaha untuk tidak angkuh, tetap biasa saja dan tetap terkenal.


Saat pertengahan kelas 10, saat itulah saya bertemu dengan cemewew yang saya anggap, pas... Sebut saja Ani (nama samaran). Pribadinya baik dan selalu memberi pesona. Kami akhirnya terikat dalam suka sama suka. Namun kami tidak pacaran, karena orang tua kami berdua melarangnya. Hubungan kami terus berlanjut meskipun banyak rintangan menghadang. Saat itu juga aku usung-usung, mau pindah kontrakan karena kontrakan ku masanya sudah habis, aku pindah ke Pondok Wage Indah II, Sidoarjo. Yang ini menjadi kontrakan favorit saya karena minimalis, saya sudah punya kamar sendiri, sepi, dan perumahan saya bertetangga dengan perumahan Ani, bisa ngapel tiap hari.

Aku dinyatakan naik kelas dengan nilai memuaskan, aku peringkat 3 kelas dan 25 paralel (satu sekolah), dan aku masuk IPA. Karena naik ke kelas 11, aku mulai masuk pagi dan pulang siang setelah adzan dzuhur. Entah kenapa ini adalah waktu yang paling bagus untuk sekolah, karena masih banyak waktu untuk mengerjakan yang lain, seperti mencuci motor, mengerjakan PR, tidur siang, nelpon nelpon, dll.


Namun di kelas 11 ini, hubunganku dengan Ani agak renggang sehingga saya ditikung oleh orang lain. Akhirnya saya move on dan pindah haluan ke Sally. Di kelas 11 ini saya juga semakin dikenal dan saya sering diminta tolong untuk mengerjakan projek teman saya, baik desain maupun masalah-masalah seputar komputer, BSoD, Bootloop, Hang, Lag, dll. Oiya, karena saya masuk kelas IPA jadi kelasnya diacak, saya 1 kelas dengan Ani, namun hubungan kami tetap baik meskipun hanya sekedar teman, kami juga tetap saling curhat bahkan hingga sekarang.


Kenaikan kelas 12, satu kelasku berencana untuk pergi liburan ke Jogja. Lebih dari setengah kelas kami setuju dan ikut ke Jogja, termasuk Ani. Namun malam H-1, hujan deras melanda rumahku hingga subuh, paginya aku berangkat ke stasiun dengan harapan menggunakan motor karena saya yakin pasti macet, tapi kakakku takut ada hujan susulan jadi naik mobil, saya nurut. Benar saja, dari perumahan saya ada 4 akses menuju jalan utama atau jalan raya. tapi itu semua ditutup karena banjir. Saya akhirnya terlambat. Kereta jam 9 berangkat, saya jam 9 baru sampai jalan raya, sial sekali. Saya akhirnya menyusul dengan naik Bus jam 11 siang ke Jogja. Bisnya sangat kencang dan sampai Jogja jam 8 malam. Saya disambut teman teman dan akhirnya kami bersatu kembali.

Kenaikan kelas 12, saya tetep memegang erat gelar ranking 3 kelas dan 16 paralel. Sedangkan beberapa teman saya ada yang bersedih karena nilai mereka turun. Di kelas 12 semua sistem sekolah dirubah karena dapat teguran dari menteri. Kami semua dari kelas 10,11, 12, masuk pagi dan pulang sore. Sedih sekali. Lebih sedih lagi karena saya pindah kontrakan lagi karena kakak saya ada cekcok dengan pak RT di lingkungan PWI. Kami pindah ke Deltasari meskipun saya sebenarnya lebih suka di PWI.

Singkat cerita saya disini pernah meraik beberapa prestasi, antara lain animasi favorit tingkat sekolah, dengan meraih skor 271:30 dibanding runner up saya, pernah juga menang juara 1 kaligrafi, dan poster karya ilmiah saya dari membantu projek teman terpilih menjadi poster terfavorit. Hal ini menjadikan saya semakin terkenal dan dikenal dilingkungan sekolah. Tapi disini saya sangat sedih juga, karena di kelas 12 ini hubungan saya dengan Sally berakhir.

Saat inilah babak terakhir aku sekolah, maka aku ingin serius untuk memilih kuliahku. Aku awalnya ingin sekali ke ITS, namun dengan pertimbangan yang ada, seperti peluang dari SMA, dan lulusannya, saya akhirnya menjerumus ke Universitas Brawijaya (Malang). Namun ketika aku memberi tahu, orang tuaku tidak setuju, mereka tidak ingin aku bersekolah jauh entah kenapa. Ayahku menyuruhku daftar ke ITS namun tidak mungkin karena SNMPTN SMAku belum ada yang diterima di ITS, paling banyak UB dan Unair. Namun menurut pemikiranku, ayahku takut pembiayaannya, karena harus membayar kost, laundry, makanku, dll. Karena kesal, saya mendaftar diri ke UGM dan kemarahan ayahku menjadi-jadi, saya sampai diancam tidak dibiayai. Sebegitu parahkah? Saya bahkan didoakan agar tidak lulus SNMPTN, setelah pengumuman saya tidak lulus UGM, ayah saya mengucapkan "Alhamdulillah"...
Pupus harapanku, sangat putus asa, karena sudah harapan terkahir masuk PTN namun sirnah.
Aku akhirnya masuk di Universitas Ciputra dengan keadaan kecewa, tapi aku membuat seolah olah bahagia agar orang tuaku turut bahagia. Sampai sekarang menyesal? Iya tentu saja. Andai saja saya diizinkan ke UB, MUNGKIN almamater saya sekarang UB. Sungguh sangat menyesal. Namun saya jalani semua dengan maksimal hingga sekarang

To be continued with my life now...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tour Museum Tugu Pahlawan Surabaya | Arti Sebuah Sejarah

" Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya " Begitulah kalimat yang sering kita dengar pada setiap ...