Kami pergi ke Mataram dengan menggunakan Bus malam, mbah Tun dan mbah Dok ikut saat itu, kurang lebih kami ke Mataram tahun 2000-2001. Setiba di Mataram, kami tidak langsung pergi ke rumah, karena saat itu kami belum punya rumah. Tapi ayah sudah menyiapkan kontrakan untuk kami. Kontrakan kami terletak di perumahan Perumnas, Tanjung Karang, Ampenan. Klaimnya, Perumnas ini merupakan perumahan pertama di pulau Lombok, terlihat ketika baru memasuki jalan, seperti ada cerita terselubung diantara rumah rumah tua di setiap sisi. Kontrakan kami letaknya di Jalan Musi, yup sebagian nama jalan disini mempergunakan nama-nama sungai terkenal seperti Musi, Kalimutu, Brantas, dan lain lain. Kondisi kontrakan kami tidak terlalu besar, namun halaman rumahnya sangat luas, mungkin cukup diparkirkan 9 mobil di dalamnya. Di belakang halamannya terdapat pohon srikaya yang sangat manis dan subur, setiap beberapa waktu ibu dan mbah Tun memanennya. Aku dan kakakku suka sekali bermain di halamannya, belajar sepeda, main ketapel, pistol plastik, memanah, sepak bola, dan layang-layang. Oh iya, di depan kontrakan juga ada lapangan yang sangat luas, setiap beberapa bulan sekali selalu ada turnamen sepak bola antar komplek dan berhadiah lumayan. Setiap 17 agustus juga selalu diadakan lomba-lomba di lapangan itu. Dari kontrakan ini juga ayahku dapat membeli mobil untuk pertama kalinya.
Saya (TK) dan bola kesayangan. Kontrakan pertama |
Saat itu aku belum bersekolah dan aku sangat menikmati kehidupanku yang baru. Kakakku di sekolahkan di SDN 37 tepat disebelah lapangan tersebut. Di samping sekolah tersebut terdapat pasar tradisional yang ibuku selalu mengawali hari disana. Bisa dibilang perumahan ini sangatlah strategis karena apa saja ada disini, termasuk kami menemukan rumah makan pecel yang enaknya tiada tara bahkan sampai sekarang menurut saya itu pecel terenak di Indonesia, banyak sekali juga warnet warnet, fotokopi, masjid, bengkel, pangkas rambut, toko serba ada, warung pulsa, pura, dan... NASI GORENG JAWA TENGAH SEDAP MALAM!. Serius, itu nasi goreng super lezat dan sampai sekarang tidak ada yang bisa menandinginya. Nasi goreng ini dijual dengan gerobak alias keliling, pertama kali kami beli harganya masih Rp 3.500, bahkan saking seringnya kami membeli, penjualnya selalu ingat dengan wajah wajah kami.
Akhirnya saya masuk TK Perwaninda II di perumahan tersebut. TKnya lumayan besar dan terdiri dari 4 kelas, 2 TK A dan 2 TK B. Bisa dibilang ini TK yang memiliki fasilitas paling lengkap di Mataram, mungkin. Karena TK ini memiliki kantin, taman bermain dan Masjid... Oiya TK ini bisa dibilang juga TK Islam, karena mewajibkan semua anak anak membaca Iqra sampai lulus, bahkan hingga ke Al Quran. Pernah suatu ketika di kelas aku ingin mengambil buku di tas, namun ibu menaruh tasku di atas meja yang lumayan besar, akupun menangis dan memanggil ibuku untuk mengabilkan tasku, hehe. Mulai masa TK ini aku sudah diajari untuk 'membenci' mainan. Setiap aku meminta mainan selalu ditolak oleh orang tuaku, bahkan meskipun dengan uang tabunganku sendiri, setelah membeli saya pasti dimarahi. Ada kalanya ibu membelikan mainan yang bagus, mungkin beberapa bulan sekali.
Setelah aku naik ke TK B, orang tuaku memboyong ke kontrakan baru, lebih besar sih tapi tidak ada halamannya. Kontrakan ini ada di Jalan Kalimutu, jalannya sempit dan bersampingan dengan sungai. Aku sebenarnya tidak menyukai kontrakan ini, karena kesannya gelap, jarang ada lampunya dan tingkat. Karena tingkat ini, banyak kejadian mistis yang terjadi, yang sering jadi korbannya adalah Ibu dan Mbah Tun. Disini aku tidak ada cerita menarik sih, jadi yuk skip aja...
Setelah aku SD kelas... kelas berapa ya? Mungkin kelas 2 atau kelas 3, ayahku akhirnya bisa membeli rumah sendiri. Yup, rumahnya terletak tepat di depan jalan utama perumahan, dan dekat pasar. Ayahku membeli rumah itu Rp 75 juta, dan merenofasinya meliputi tambah kamar, dapur, dan kamar mandi. Rumah ini memiliki tanah yang jauh lebih luas dari kontrakan pertama, 207 m2, mungkin rumah ini bisa jadi simbol kesuksesan ayahku. Dari rumah ini kami memiliki tetangga yang kebetulan sama sama dari Surabaya. Ia memiliki toko.
Rumah sebelum renovasi |
Disinilah perjalanan hidupku berlanjut hingga aku beranjak remaja. Mari melanjutkan kisah SDku. Awalnya aku masuk SDN 37 bersama kakakku, namun ayah memindahkan kami ke sekolah yang lebih baik, ke SDN 13 Ampenan. Mungkin sampai sekarang itu adalah sekolah dengan halaman terluas. Bahkan pernah 1 angkatan (sekitar 200 murid) diundang orang tuanya, halamannya masih cukup cukup untuk menampung semua mobil wali murid, luas sekali!. Aku mulai dipindah sejak kelas 1 SD. jadi tidak seberapa canggung. Sampai kelas 2 aku merupakan salah 1 murid yang berprestasi, aku selalu memasuki peringkat 10 besar, bahkan pernah 5 besar. namun semua berubah saat aku naik kelas 3. Aku di pertemukan dengan wali kelas yang galak, bahkan sangat membenciku dan membuatku kehilangan banyak teman karena aku minder. Guruku pernah mengadu ke ibuku (kebetulan saat itu menemani adikku sekolah TK) karena tulisanku yang tidak bisa dibaca, aku akui tulisanku memang jelek, tapi masih bisa dibaca kok, hehe. Karena aku semakin minder, prestasiku juga semakin turun. dari ranking 4 aku langsung jeblok ke ranking 13. Untungnya setelah naik ke kelas 4, guru guruku netral semua. Oiya, seperti biasa, sekolah SD biasanya didatangi oleh mantri-mantri untuk menyuntik kami 1 per 1. Aku takut sekali ketika melihat suntikan hingga sekarang, dan aku selalu menangis setelah disuntik saat itu, bahkan sampai rumah. Meskipun orang tuaku telah memberi teguran ke sekolah agar tidak menyuntikku, tapi tidak pernah dihiraukan, dan diperparah dengan perkataan dusta temanku yang mengatakan semakin naik kelas, suntikannya akan semakin sakit, bahkan untuk kelas 6 disebut "suntikan api", ya aku masih ingat sekali dusta itu.
Ketika kelas 3 |
Di kelas 4 aku tidak mengalami peningkatan, karena mulai dari sini aku jadi anak yang sering sekali dibully, bahkan 1 kelas, teman yang selalu ada untukku hanya 3 orang, Agus, Krisna, dan Jeffry. Mereka sangat baik sekali. Aku sering dibully karena aku anak yang tidak pernah membalas, bukan takut, tapi aku berusaha untuk mengabaikannya, kata orang tuaku semakin aku marah, orang yang membullyku akan semakin sendang, jadi aku abaikan. Ternyata itu gak berlaku, aku malah semakin dibully, dengan jendulan, pukulan, bahkan olok-olokan yang membawa nama orang tuaku. Aku terkadang menangis karena tidak tahan. Berapa lama aku dibully? Sampai aku lulus SD
Di kelas 5 aku semakin diperparah dengan mendapat wali kelasku yang sangat membenciku, bukan hanya aku, tapi teman teman baikku juga. Bahkan guru ini membenci kami sampai ke nilai nilai kami. Sebaik apapun hasil belajar kami, kami tidak pernah dapat bagus Di kelas 5 ini aku merasakan sekali perbedaan kelompok dan rasisme. Entah bagaimana ceritanya, aku dibenci oleh hampir 1 kelas yang 1 kelas itu sudah membentuk kelompok sendiri. Ada beberapa dari mereka yang masih ingin bicara denganku, dan ada yang sama sekali tidak. Entah apa salahku pada mereka. Aku berinisiatif untuk membentuk kelompok juga, aku berhasil mendapatkan 5 orang teman yang mau menjadi temanku. Namun kelompokku cenderung 'ingin' netral, namun mereka tak bisa karena dapat kecaman terus dari teman teman yang membenci mereka.
Pernah suatu ketika aku mendapat tugas mengarang bebas dari guruku. Aku sadar guruku selalu membenci tulisanku. Aku sangat serius menggarap ini dan memperbagus tulisanku, aku buat sangat rapi bahkan jika salah sedikit, aku akan menghapusnya. Di hari pengumpulan, aku mendapat siksaan batin dari guruku, Namaku dipanggil dengan sangat keras di depan kelas "GANDADI!", saat itu satu kelas melihat ke arahku dan aku maju menghadap guruku. Guruku memaki dengan sangat keras "TULISAN APA INI?! TULISANMU MAIN-MAIN. ULANG!", dan bukuku dilempar beliau ke depan kelas, mau tidak mau aku mengambilnya, aku melihat 1 kelas melihatku, entah apa yang mereka pikirkan, termasuk orang orang yang membenciku. Aku benar benar tak kuasa, aku duduk dan menangis seketika, sahabatku Jeffry saat itu disebelahku dan menenangkanku. Selain ia, semua mengabaikanku, aku tidak mendapat simpati dari mereka, bahkan aku merobek bukuku.
Aku pikir cukup sampai disitu, ya memang sepertinya itu kemarahan terakhir yang aku dapatkan dari guruku, namun tidak. Nilaiku juga kena batunya, aku tidak pernah mendapat nilai bagus, bahkan untuk nilai 7 aku harus menulis 2x lipat dari ketentuan guruku, misal guruku menyuruh karangan 1 lembar, aku membuatnya 2 lembar. Tugas terakhir yang aku dapat adalah menulis puisi. Guruku menyuruh kami menyertakan gambar juga, gambar tangan, gambar tersebut memberi gambaran akan puisinya. Kami juga diberi tugas menggambar alat transportasi di Indonesia. Aku bertekat dengan tugas terakhir ini aku dapat nilai baik. Aku juga yakin bakatku adalah menggambar. Aku menggambar sendirian, aku menggambar dengan melihat sekitarku, aku mulai belajar elemen bayangan, bentuk realistis, pembiasan dll. Saat itu aku menggambar kereta diesel, ya lumayan lah, gambarku jadi gambar terbaik, dan dipajang oleh guruku, padahal sebelumnya gambarku dihina guruku "Masa gambar anak kelas 5 lebih jelek dari anak TK". Namun puisiku masih dianggap buruk, meskipun penyertaan gambarku bagus, namun nilai puisiku tetap dijatuhi hukuman pancung. Gambarku dinilai 8, puisiku dinilai 6. Orang orang yang membenciku menuduhku kalau aku gambarku dibuatkan oleh kakakku, bahasa jeleknya "digambarin". Aku abaikan saja.
Biasanya ketika liburan kenaikan kelas, aku selalu diajak orang tuaku liburan ke Surabaya dengan naik mobil. Saat itu adalah liburan istimewa karena aku akan menghadiri pernikahan tanteku. Jadi aku membolos sekolah 10 hari, hehehe.
Syukurlah, ketika kelas 6, aku dipisahkan total dari orang orang yang membenciku, entah apa yang terjadi, teman temanku sebagian besar dipindahkan ke kelas B (sebelumnya C). Namun kabar buruknya, sahabat sahabatku juga ikut dipindah. Tapi aku mendapatkan teman teman baru, dan mereka semua baik padaku, aku seperti memulai hidup baru yang lebih bahagia. Bahkan ketika aku melakukan kesalahan dalam turnamen sekolah, ketua kelasku hanya tersenyum padaku dan menyemangatiku. Mungkin karena faktor ini akhirnya nilai nilaiku kembali membaik. Guru gurunya juga sabar sekali mengajariku, bahkan tidak pernah marah kepadaku. Dan saat ini lah aku pertama kali mengalami namanya "cinta monyet", ahay! Aku bertemu dengan cemewew yang menurutku paling cantik 1 sekolah. dan aku beranikan diri untuk menembaknya, padahal dia sudah ada yang punya. Saat itu aku diterima dan saat itu juga aku diputuskan, karena ditikung temanku yang lain. Saat itu lah gosipku menyebar sampai ke orang orang yang dahulu membenciku, ada yang berkata kepadaku "Dia kan gaul, sedangkan kamu cupu", ya aku akui aku memang tidak gaul. Tapi aku menghadapinya dengan biasa biasa saja, aku kembali fokus belajar.
Dan saat itu sedang gencar-gencarnya daftar SMP, aku bertekat daftar SMP favorit, SMPN 2 Mataram yang termasuk almamater kakakku juga. Aku menghadapinya dengan sangat santai, seolah olah akan mengikuti ulangan harian. Sebelum test kami semua calon didik baru dikumpulkan dan diberi himbauan kepada pihak SMP tata aturan dan cara cara tes nantinya. Disitu aku melihat kumpulan anak anak yang membenciku, membullyku dkk. Di saat ini, aku mendapat rangkulan hebat dari Ibu. Setelah perkumpulan itu, aku diajak Ibu ke toko buku dan mengambil semua keperluan yang aku butuhkan saaat tes, aku bingung tapi ibu menuntunku. Saat tes berlangsung memang benar, rasanya seperti ulangan harian, tidak tegang sama sekali. Santai rasanya. Namun semua pihak keluarga berdoa untukku, mengetuk langit dengan doa doa agar dibukakan pintu keberhasilan untukku. Dan alhamdulillah, aku masuk! Aku dinyatakan lulus, tapi yang aku sangat ingat adalah ekspresi ibuku yang terharu dan memelukku erat, saat itu juga tetenggaku diajak dan memberi selamat kepadaku. Setelah itu aku ditraktir ibu makan ke KFC. KFC saat itu menjadi restoran termahal bagi keluargaku. Dan kabar kelulusanku beredar hingga ke sekolah dan beberapa guru memberi selamat kepadaku dan beberapa teman yang lulus seleksi. Dan aku menyadari sebagian besar temanku yang membenciku tidak lulus.
Tepat ketika kelulusan, namaku masuk 10 besar dengan nilai UN tertinggi di sekolah, tepatnya aku urutan ke 4 dengan nilai total 27.50, ya enggak tinggi tinggi amat sih tapi sangat lumayan untuk mempermalukan orang orang yang membenciku saat itu. Namun aku tidak berpikiran sampai sana, aku hanya senang atas kehadirat Allah SWT yang meridhoi doa doaku.
To be continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar