Sony Ericsson W800i
Handphone ini termasuk HP pertama saya yang saya beli dengan jerih payah dan pertumpahan darah untuk menabung dan membeli feature phone ini. Dan karena saya masih agak kere, saya belinya dalam keadaan second alias bekas, karena mahalnya harga hp baru saat itu. Saya membelinya pada tahun 2007 atau sekitar kelas 5 SD. Saya membelinya dengan harga 1,7 juta rupiah. Kameranya 2MP dan saat itu kamera yang sangat keren mengalahkan Nokia N(lupaserinya) yang 5MP. HP ini bukan hanya saya yang punya, namun tante saya juga memilikinya.
Tentu ada banyak sekali peristiwa peristiwa yang saya alami ketika menggunakannya. Charger yang sering rusak karena socketnya beda dengan HP yang sangat umum saat itu (Nokia). Dan earphonenya pun juga susah sekali mencarinya karena socketnya juga jadi satu sama chargernya, jadi tidak bisa charge sambil dengarkan lagu menggunakan earphone. Setelah saya menggunakannya selama 2 tahun saya menemukan socket nya ke jack audio 3,5mm, suatu keberkahan tiada tara namun tetap tidak bisa mendengarkan lagu sambil charge. Saya menggunakan Handphone ini sampai 2011 hingga akhirnya dibawa oleh ayah saya.
Sony Ericsson Vivaz
Sony Ericsson Vivaz merupakan handphone kedua saya yang saya beli di tahun 2011 awal atau sekitar kelas 8 SMP dan merupakan smartphone pertama saya. Berbeda dengan handphone pertama saya, saya membeli handphone ini dalam keadaan baru dan merupakan suatu kesenangan, dan sekali lagi saya beli dengan hasil menabung. HP itu saya beli seharga 3 juta rupiah saat itu. Saat itu memang bukan HP paling canggih saat itu karena setau saya ada Xperia X10 yang pasti harganya sudah selangit.
Menggunakan OS Symbian S60 buatan Nokia yang OS ini juga digunakan pada Nokia Express Music namun dengan tampilan yang berbeda. Layarnya 3,2 inch yang pada saat itu sudah cukup lebar, TFT, dan sayangnya masih laya sentuhnya masih resistif (layar sentuh yang agak ditekan). Kameranya 8 MP yang saat itu kamera handphone yang sangat canggih. Saat membelinya saya membawanya pulang dan saya sampai tidak bisa tidur karena senangnya, saya utak atik dan memainkan game rally yang sudah terinstall di dalamnya. Dan untuk pertama kalinya saya melihat sensor accelerometer. bagi yang belum tau itu sensor apa bisa cari tau sendiri hehehe. Saya cukup puas menggunakan HP ini namun...
Sony Ericsson Xperia X8
Namun karena adanya kesalahan fatal pada Vivaz yang tidak bisa membaca SIM Card XL saya, maka saya memilih untuk menukarnya setelah 3 bulan menggunakannya. Setelah melihat referensi di majalah, saya memilih untuk menukarnya dengan Xperia X8, apalagi HP ini sudah menggunakan OS kekinian, Android, meskipun saat itu masih menggunakan Android Eclair. Saya menukarnya dengan Vivaz saya dengan menambah 250.000 rupiah.
Kameranya tidak sebagus sebelumnya, hanya 5 MP, menggunakan single core 800 Mhz, yang saat itu memainkan Angry Birds masih ngelag. Cukup lama saya menggunakan handphone ini hingga akhirnya tahun 2013 saya menjualnya ke tante saya.
Sony Ericsson Xperia Mini Pro
HP ini saya beli sebagai pengganti Xperia X8 sebagai HP utama saya, namun Xperia X8 saya tidak saya jual. HP ini saya beli tahun 2011 akhir dengan harga 2,4 juta rupiah setelah mendapatkan THR lebaran hehehe. HP ini menjadi HP yang saya sangat puas menggunakannya, meskipun minim sekali dimensinya. HP ini menggunakan OS Android 2.3 Gingerbread dengan UI khas Xperia.
Menggunakan kamera 5 MP dengan autofocus dan hasilnya berbeda sekali dengan Xperia X8 saya, dan saya menggunakannya untuk foto foto saat travel ke Bali. Dengan keyboard sliding yang mempermudah saya untuk mengetik, apalagi saat itu masih zaman barunya Line dan WhatsApp. Saya menggunakan HP ini cukup lama sampai saya jual ke teman saya tahun 2014.
Samsung Galaxy SIII
Yang kiri, ya
HP ini saya beli ketika saya masih memiliki Xperia Mini Pro. Alasan saya mengganti posisi Xperia Mini Pro karena tabungan saya sudah cukup untuk membeli sebuah smartphone flagship untuk pertama kalinya. Kebetulan saat itu dapat subsidi 50% dari orang tua yang kebetulan mendapatkan rezeki lebih, dan saya kebagian. Yup, perkenalkan Samsung Galaxy SIII, HP flagship pertama saya dan HP samsung pertama saya juga. Saya membelinya dalam keadaan baru dan harganya jika tidak salah 6,3 juta rupiah pada saat pertengahan tahun 2012, ketika saya sudah kelas 10 SMA.
Kesan pertama terhadap HP ini adalah, desainnya yang tidak seindah lini Xperia, ya maklum saja, desain Samsung zaman dulu memang tidak bagus. Namun yang saya kagum adalah layarnya, guenjreng banget. Saya sangat kagum dengan layar Super AMOLED HD 720p miliknya, dan kali itu adalah kali pertama saya melihat layar Super AMOLED. Namun karena terlalu bagusnya, saya rasa memang agak berlebihan dalam menampilkan warna. Dan layarnya memang tidak setajam layar TFT atau IPS, agak ngeblur kalau menampilkan garis, namun ini terasa kalau saya jeli sekali dalam melihat gambar. Jujur saja, ada layar yang lebih saya kagumi dibandingkan super AMOLED saat itu, yaitu layar Super LCD pada HTC One X, layarnya kayak kertas dan tajem banget. Sisanya puas banget.
Untuk performanya juga menurut saya ngebut banget, enak buat diajak tugas berat, namun berjalannya waktu saya merasa performanya semakin menurun, apalagi tahun tahun terakhir sebelum HP ini pensiun.
Kamernya juga tidak kalah keren. Menggunakan resolusi 8MP, hasilnya bagus banget untuk kamera smartphone di zamannya, apalagi setelah foto, melihat hasilnya di layar super AMOLED itu sudatu kepuasan. Saya tidak mengeluhkan apapun soal kameranya.
Sejak saya menggunakan HP ini, saya menggantikan semua pekerjaan pada hp ini, termasuk merekam suara saat wawancara tugas, dokumentasi, rekaman guru saat mengajar, hingga usil memoto guru killer. HP ini juga sering saya gunakan untuk bermain drum, sampai teman saya ketagihan buat pinjam HP ini. "Gebetan" saya juga senang banget sama HP ini, bahkan dia memanggil HP ini dengan sebutan istri (SIII). Namun karena zaman yang selalu berganti, HP ini semakin lamban dan membuat saya semakin kesal, maka saya memilih untuk mengakhiri tugasnya pada pertengahan tahun 2014, namun tidak saya jual, hanya memberhentikannya dari tugas. Karena sudah lamanya saya tidak memakainya, ayah saya berminat untuk membelinya pada pertengahan 2015.
Blackberry Torch 3 (9860)
Sebenarnya saya juga tidak mengerti kenapa membeli HP ini. Maksudnya, apa kepentingan atau hajat saya membeli HP ini, kecuali hanya penasaran dengan teman-teman yang maniak Blackberry, bahkan ada yang punya duit banyak bisa membeli Galaxy SIII namun tetap memilih Blackberry karena mengejar gebetannya yang menggunakan Blackberry.
Saya membeli HP ini tidak lama setelah saya membeli Samsung Galaxy SIII, Kalau tidak salah sekitar awal 2013, yang saya ingat ketika saya masih kelas 10 SMA. Saya membelinya dengan harga 3 juta rupiah. Setelah saya membeli, saya langsung menjajal rasa penasaran saya yang teramat dalam, BBM. Kebetulan BBM for Android saat itu belum ada kabar.
Kesan saya terhadap lini HP blackberry... ribet. Langganannya mahal, yang didapat tidak seberapa, apa apanya lemot, padahal diajak buka buka aplikasi enak banget, tapi begitu diberi tugas real seperti install update aplikasi saja lama banget. Apalagi saya saat itu menggunakan kartu sim baru (tidak saya sebutkan) yang tarifnya mahal bange, nelpon ke sesamanya 30 menit pulsa saya habis 50.000. Karena sudah cukup greget, saya memutuskan menjual HP ini di pertengahan 2013 sebelum saya naik kelas 11.
Sony Xperia Z1 Compact
Sebenarnya sudah pernah saya ulas, tapi tidak apa apa, saya akan mengulang sedikit saja tentang HP ini dan kalau mau tahu lebih lengkapnya bisa berkunjung ke sini. Saya membeli HP ini karena ingin bernostalgia dengan merek HP favorit saya dulu, Sony Ericsson... Eh, salah nding, sudah berubah jadi Sony. Bukan HP pertama Sony, karena HP pertama sony adalah Xperia S, P, dan U, yang ketika pertama kali diluncurkan, tanggapan saya "Xperia banget", saya suka sekali dengan desain ci khas Xperia zaman dulu dibanding sekarang, kalau sekarang lebih umum desain desain HP pada umumnya, apalagi Xperia X sekarang lebih mirip desain Nokia Lumia 900. Namun UI dari Sony Xperia tetap mempertahankan ciri khas Sony Ericsson Xperia hingga sekarang.
Saya membelinya pada pertengahan tahun 2014, tepatnya ketika saya di kelas 12 SMA. Saya membelinya dengan harga 6 juta rupiah. Bisa dibilang, Xperia Z1 Compact ini termasuk jajaran flagship saat itu, tapi bukan flagship teratasnya, Tanggapan saya soal HP ini cukup impressive. Saya kagum dengan larinya Snapdragon 800nya. Namun saya agak kecewa dengan layarnya. Meskipun hp ini dibekali dengan chip chip seabrek untuk memperbagus layar HP ini, sebut saja Triluminos Display, X-Reality Engine, dan kalau tidak salah ada Mobile Bravia Enginenya juga, tetap lebih enak lihat layar Super AMOLEDnya SIII saya hehehe. Panel layarnya IPS, dan layarnya cenderung kurang terang, tidak enak dilihat dibawah sinar matahari, dan efek dari engine engine layar itu saya tidak merasakan perbedeaannya, walaupun sama sama IPS, saya merasa lebih enak mandangin layar monitor saya.
Untuk kameranya, 20,7MP dengan Exmor R sensor, sensor ini baru terasa bedanya dengan kamera biasa. Untuk hasil kameranya cukup puas, foto dalam ruangnya juga ajib untuk di zamannya, dan ketika foto untuk keperluan detail, terasa luar biasa, coba saja lihat...
Cukup puas menggunakannya, meskipun managing software UI nya enggak banget seperti yang saya sebutkan di ulasan lengkap saya. Namun semua berakhir pada awal 2016 ketika itu...
Ya sudahlah...
Samsung Galaxy V plus
Saya membeli HP ini memang dalam keadaan darurat saja, karena saya gak punya HP lagi, saya membelinya tepat 2 hari setelah insiden itu terjadi. Saya membelinya dengan harga 975.000 dalam keadaan baru. Dan sekaligus menjadi HP terakhir dalam silsilah HP-HP yang pernah saya pakai untuk saat ini.
Tanggapan saya menggunakan HP ini sepertinya tidak perlu diperjelas, tidak enak. Lemot, kameranya aneh, baterainya boros, audionya pas-pasan, tidak bisa dipakai untuk multi tasking meskipun hanya 2 aplikasi saja, bahakn buka instagram suka nutup sendiri dan nonton di YouTube suka restart sendiri,
Cukup sekian cerita panjang dari saya hehehe. Memang selama ini saya kalau membuat tulisan belum pernah ada yang pendek, rata rata bikin mata anda pegal semua, peace. Saya saat ini sedang mengumpulkan uang untuk membeli HP baru yang saya ingin sekali memang benar-benar "sempurna", tidak lemot, desain ciamik, dan service yang menjanjikan. Tapi entah kenapa selalu bimbang dengan pilihan antara Asus Zenfone 3 (5,5") dan Samsung Galaxy S7 flat. Ingin ambil zenfone 3 tapi banyak yang bilang mending samsung aja. Ingin ambil S7 tapi uangnya tidak ngumpul-ngumpul, terpakai terus untuk kuliah hiks. Tapi mari kita lihat saja waktu yang menjawab, mungkin ada rezeki nomplok yang tidak terduga-duga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar